Wangsalan dalam Pemakaian Bahasa Jawa

Authors

  • Basuki Basuki x
  • Nusarini Nusarini Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

DOI:

https://doi.org/10.30738/snhppkm.v2i1.1824

Keywords:

Wangsalan, Bahasa Jawa, Javanese Language

Abstract

Wangsalan adalah salah satu jenis perumpamaan yang sering digunakan orang Jawa dalam percakapan atau dalam lagu. Fungsi wangsalan dapat digunakan sebagai teka-teki murni dan juga dapat digunakan untuk menggoda seseorang atau memberikan saran. Fungsi ini dianggap sesuai dengan karakter orang Jawa yang tidak dapat atau tidak ingin menyampaikan sesuatu secara langsung. Itu hanya bahwa fungsi wangsalan ini terbatas pada berkomunikasi dengan orang-orang yang tidak hanya berbicara bahasa Jawa, tetapi harus benar-benar memahami bahasa Jawa untuk brainstorm kata-kata. Wangsalan dapat berfungsi untuk menyampaikan saran, informasi, sarkasme dan permintaan. Wangsalan memiliki empat jenis ketika dilihat dari bentuk dan makna. Yang pertama, wangsalan lamba, yang kedua, Wangsalan Rangkep (Wangsalan Camboran), yang ketiga, wangSalan memet, dan yang keempat, WangSalan padinan. Perbedaan antara satu jenis wangsalan dan yang lain terletak pada bentuk dan makna. Untuk menafsirkan wangsalan ini sangat rumit karena membutuhkan pengetahuan tentang budaya, adat dan keyakinan yang hidup di masyarakat Jawa. Oleh karena itu, masalah wangsalan ini membutuhkan penelitian mendalam. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk menggambarkan jenis-jenis bahasa yang digunakan oleh orang-orang berbahasa Jawa di daerah Surakarta. Penemuan keberadaan berbagai jenis wangsalan di komunitas berbahasa Jawa menunjukkan bahwa wangSalan masih digunakan. Kehadiran beberapa jenis wangsalan baru menunjukkan bahwa wangtsalan masih berkembang di masyarakat Jawa. Ini menolak gagasan bahwa wangsalan akan segera punah dalam budaya Jawa, terutama bahasa Jawa. Metode penelitian yang dipilih adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif, dengan lokasi penelitian di Surakarta, baik secara langsung maupun di tambang. Data penelitian adalah dalam bentuk pidato yang menggunakan wangsalan dalam bahasa Jawa. Sumber data yang digunakan adalah penggunaan bahasa Jawa di wilayah Surakarta. Metode pengumpulan data adalah metode observasi yang diikuti oleh teknik keterlibatan yang terampil dan teknik keterampilan bebas. Selain itu, teknik rekaman dan teknik catatan juga digunakan. Metode dan teknik analisis data yang dipilih adalah metode pragmatis setara.

 

 

 

Abstract

Wangsalan is one type of parable that is often used by Javanese people in conversation or in songs. The wangsalan function can be used as a pure puzzle and can also be used to tease someone or give advice. This function is considered to suit the character of Javanese people who cannot or do not want to convey something directly. It's just that the function of this wangsalan is limited to communicating with people who don't just speak Javanese but must really understand Javanese to brainstorm words. Wangsalan can convey advice, information, sarcasm, and requests. Wangsalan has four types when viewed from its form and meaning. First, wangsalan lamba, second, wangsalan Rangkep (Wangsalan Camboran), third, wangsalan memet, and fourth, wangsalan padinan. The difference between one type of wangsalan and another lies in its form and meaning. To interpret this wangsalan is very complex because it requires knowledge of the culture, customs and beliefs that live in Javanese society. Therefore, this wangsalan problem requires in-depth research. The purpose of this writing is to describe the types of language used by Javanese-speaking people in the Surakarta area. The finding of the existence of various types of wangsalan in Javanese-speaking communities indicates that wangsalan is still used. The existence of certain new types of wangsalan indicates that wangtsalan is still developing in Javanese society. This rejects the notion that wangsalan will soon become extinct in Javanese culture, especially the Javanese language. The research method chosen was a qualitative descriptive research type, taking research locations in Surakarta, both directly and in the mine. The research data is in the form of speech that uses wangsalan in the Javanese language. The data source used is the use of Javanese in the Surakarta area. The data collection method is the observation method followed by skilled involvement techniques and free skill involvement techniques. Apart from that, recording techniques and note-taking techniques are also used. The method and data analysis technique chosen was the pragmatic equivalent method.

References

Basuki dan Umi Hartati. 2015.”Bentuk Singkat dalam Tuturan Bahasa Jawa di Surakarta,”Laporan Penelitian. Yogyakarta:UST.

Basuki, Umi Hartati, dan Mukhlish. 2021.”Sosialisasi Norma dalam Budaya Jawa Melalui Kaalimat Larangan,” Laporan Penelitian. Yogyakarta:UST.

Chaer, Abdul.2014. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakaarta: Rineka Cipta. Hardjowirogo, Marbangun. 1989. Manusia Jawa. Jakarta: CV Haji Masagung.

Kasim, Supali. 2012. Budaya Dermayu:Nilai-nilai Historis, Estetis, dan Transendental.

Cirebon:Gapura Publishing.om

Koentjaraningrat. 1985. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru. Pateda, Masoer. 1992. Sosiolinguistik. Ende-Flores: Nusa Indah.

Pateda, Masoer. 2010. Semantik Leksikal. Ende-Flores: Nusa Indah.

Prasetya, Teguh. 2015. “Bentuk dan Fungsi Wangsalan,” Sutasoma 4 (1) Jurnal Ilmiah. Bali: Universitas Tabanan

Sudaryanto. 2015. Metode dan Teknik Analisis Bahasa Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis.Yogyakarta:Sanata Dharma University Press.

Subroto, Edi D. dkk. 2000. Kajian Wangsalan dalam Bahasa Jawa. Jakarta: Pusat Bahasa. Suwito. 1982. Pengantar Awal Sosiolinguistik: Teori dan Problema. Surakarta: Henary Offset.

Downloads

Published

2023-11-30

Issue

Section

Volume 2 Nomor 1 Tahun 2023